PENDEKATAN DALAM
KONSELING DAN PSIKOTERAPI GESTALT
Konseling
gestalt dikembangkan oleh Federick Perls yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Fritz Perls. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukannya, para
ahli tersebut memiliki keyakinan bahwa memahami pengetahuan dalam arti «unit
dan wholes, gestalten» adalah lebih berguna untuk mengembangkan
pengetahuan alih-alih memotong atau memisahkan bagian-bagian.
Konseling
gestalt dikembangkan oleh banyak ahli, tetapi yang paling banyak dikenal
sebagai pendiri adalah Fritz Perls dan isterinya, yaitu Laura Perls. Setiap individu
memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju
terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
Dalam
hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling
Gestalt memandang bahwa tidak ada yang «ada» kecuali «sekarang». Masa lalu telah
pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan
kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Dalam pendekatan
gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai Manusia Sehat/ Tidak
Sehat.
Mereka
yang sehat mampu mempertanggungjawabkan serta mengambil resiko yang terjadi
sebagai hasil dari perbuatannya. Tujuan
utama konseling Gestalt adalah membantu konseli agar berani mengahadapi
berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini
mengandung makna bahwa konseli haruslah dapat berubah dari ketergantungan
terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat
lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya. Melalui konseling
konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini
dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
PSIKOANALISA
Dimana
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Id didorong oleh
prinsip kesenangan yang berusaha untuk memuaskan segala keinginan dan kebutuhan. Ego adalah
komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani realitas. Untuk menjadi pribadi
yang sehat, maka Id, Ego dan Superego harus seimbang. Mekanisme pertahanan ego
adalah suatu cara untuk menyangkal atau mendistorsi kenyataan yang dihadapi.
A.
Proses terapiutik
Dalam
proses terapi terjadi suatu hubungan teraupetik yang memiliki tujuan.
·
Membentuk kembali struktur karakter
individual dengan membuat kesadaran yang tidak disadari
·
Menekankaan dimensi afektif
·
Proses difokuskan pada upaya mengalami
kembali pengalaman masa anak-anak
·
Pengalama masalalu direkontruksi, dibahas,
dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian
B. Fungsi
dan Peran Terapis/Analis
Terapis
sebagai orang yang menjalankan proses terapi memiliki fungsi dan peran
·
Menafsirkan dan menganalisa proyeksi klien
·
Analis membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam
menanani secara realistis, serta dalammemperoleh kendali atas tingkah yang
impulsive dan rasional
·
Analis membangun hubungan kerja dengan
klien, kemudian banyak mendengar dan menafsirkan
·
Perhatian khusus pada penolakan-penolakan
klien
·
Klien berbicara, analis mendengarkan dan
berusaha untuk mengetahui kapan harus membuat penafsiran untuk mempercepat
proses peenyikngkapan hal-hal yang tak disadari
·
Analisis mendengarkan
kesenjangan-kesenjangan dan pertenangan pada cerita klien
·
Mengartikan mimpi dan asosiasi bebas yang
dilaporkan klien
·
Mengamati klien secara cermat selama
proses konseling berlangsung
·
Peka terhadap isyarat-isyarat yang
menyangkut perasaan-perasaan klien terhadap analis
·
Mengorganisasikan proses-proses terapiutik
·
Merumuskan masalah klien
·
Fungsi utama analis adalah mengajarkan
arti proses terhadap klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman terhadap
masalahnya, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah
C. Klien
dan Terapi
Suatu
hubungan yang berlangsung 4-5x dalam seminggu
selama 3-5 th, waktu selama
1 jam, perlu ada
kesepakatan biaya/pembayaran,
klien harus komitmen
untuk datang saat
jadwal sesi terapi, komitmen untuk
aktif berbicara (klien
sepakat bersedia untuk
berbicara karena informasi
penting untuk proses terapi),
komitmen masalah terpecahkan,
lalu terapi selesai,
dan klien mendapatkan insight.
D. Tahapan
terapi
Adapuntahapan
dalam terapi adalah :
·
Mengembangkan hubungan terapis
·
Mengalami krisis treatment
·
Memperoleh pemahaman masalalu yang tak
disadari
·
Mengembangkan resistensi untuk belajar
lebih banyak tentang diri sendiri
·
Mengembangkan hubungan transferensi dengan
terapis
·
Memperdalam terapi
·
Menangani resistensi-resistensi dan
masalah yang tersingkap
·
Mengakhiri terapi
E. Teknik
terapi
1. Asosiasi
bebas
·
Katakanlah apa yang terlintas dalam
pikiran
·
Bebaskan aliran pikiran dan emosi
·
Terapis membantu mendapatkan harapan dan
pikiran bawah sadar
·
Tugas terapis adalah mengidentifikasi
materi yang direpres
·
Terapis menafsirkan materi dan memberikan
insight
·
Terapis mendengarkan makna tersembunyi.
Contoh: keseleo lidah.
2. Interpretasi
·
Fungsi: mendorong ego untuk menyerap bahan
baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar.
·
Analis menjelaskan perilaku dalam mimpi,
asosiasi bebas
·
Menerjemahkan materi klien
·
Menafsirkan materi yang tidak disadari
·
Menunjukkan perilaku yang ditahan,
kemudian menginterpretasi emosi atau konflik yang mendasari.
3. Analisa
mimpi
·
Perasaan yang ditekan atau cerminan dari
pikiran
·
Isi mimpi: simbol atau tanda sebenarnya
·
Analis mempelajari isi mimpi dan
menginterpretasi simbol
·
Kerja mimpi: proses transformasi simbol
menjadi materi yang banyak makna
4. Analisa
dan penafsiran resistensi
·
Freud: resistensi sebagai dinamika tak
sadar yang digunakan klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan, yang akan
meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan dan perasaan yang direpresnya.
·
Penafsiran untuk membantu klien menyadari
alasan-alasan dibalik resistensinya
·
Analis membangkitkan perhatian klien dan
menafsirkan resitensi yang paling tampak (utk menghindari penolakan klien dan
memudahkan klien dalam melihat tingkahlaku resistif)
·
Resistensi dipandang sebagai sesuatu yang
biasa dalam bertahan terhadap kecemasan tapi menghambat kemampuan klien untuk
mengalami kehidupan yang lebih memuaskan
·
Mendorong klien mengalamatkan urusan yang
tidak selesai ke terapis
·
Terjadi saat klien membangkitkan kembali
konflik-konflik masa dini
·
Klien memandang analis sebagai figur yang
sama dengan orang masa lalu
·
Transferens digarap mensejajarkan masa lalu
dengan masa kini pemahaman dan kesadaran pengaruh masa lalu terhadap masa
sekarang
·
Kesadaran diri secara otomatis mengarah
pada perubahan kondisi klien
F. Keterbatasan
psikoanalisa
·
Terlalu lama
·
Mahal
·
Membutuhkan pelatihan terapis yang banyak
·
Terapis dan control selama sesi
berlangsung
·
Tidak banyak fokus pada perilaku/kognisi
TEORI
BEHAVIORISTIK
Teori
belajar behavioristik merupakan teori yang didasarkan pada perubahan prilaku
yang bisa diamati. Behaviorme
memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi samapai prilaku
tersebut menjadi otomatis atau membudaya. Teori
behaviorisme mengkonsentrasikan pada kajian tentang prilaku nyata yang bisa
diteliti dan diukur. Teori
ini memandang pikiran sebagai sebuah kotak hitam, dalam artian bahwa
respon terhadap stimulus bisa diamati secara kuantitatif, apa yang ada
dalam pikiran menjadi diabaikan karena proses pemikiran tidak bisa diamati
secara jelas perubahan prilakunya. Tokoh-tokoh
kunci dalam perkembangan teori behavioris adalah Ivan Pavlov, Watson, Throndike, dan
B.F Skinner. Teori
yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov lebih banyak dikenal dengan bunyi bel.
TEORI
KONEKSIONISME
Dalam
teori koneksionisme, Thorndike mengungkapkan terdapat hukum efek, hukum
latihan dan hukum kesiapan. Pada
hukum efek dinyatakan bahwa ketika sebuah koneksi antara stimulus dan respons
diberi imbalan positif maka koneksi diperkuat, dan ketika diberi imbalan
negatif maka koneksi diperlemah, namun Thorndike kemudian merivisi bahwa
imbalan negatif tidak memperlemah ikatan dan imbalan positif belum tentuk
memperkuat koneksi. Sedangkan
dalam hukum latihan, Thorndike menyatakan bahwa semakin ikatan
stimulus-respons dipraktekan lebih kuat maka ia akan menjadi semakin kuat, sebalikanya
jika stimulus-respons jarang dipraktekan maka akan semikin lemah. Teori belajar
behavioristik yang dikemukan oleh Watson berangkat dari gagasan Pavlov. Skinner percaya pada pola
stimulus-respons dalam prilaku yang terkondisikan. Teori belajar behaviorisme telah melahirkan
banyak desain pembelajaran dan memberikan dampak yang luas terhadap praktik
pengajaran serta penggunaan perangkat pembelajaran. Teori behaviorime
menjadi pijakan bagi hadirnya modelmodel pembelajaran seperti mastery learning, belajar
terprogram, pembelajaran individual, pembelajaran berbantuan komputer, pendekatan
sistem dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Termasuk dalam hal ini pengaruh teori
belajar behaviorime dalam pengembangan media pembelajaran.
Teknik
Konseling/Psikoterapi Pada Teori Behavioristik
Bagian
dari proses konseling yang tidak dapat ditinggalkan adalah proses asesmen. Dalam behavioral
proses ini dapat dilakukan dengan memakai instrumen asesmen, self-report, behavior
rating scales, format self monitoring, teknik observasi sederhana. Model asesmen
fungsional, merupakan blueprint bagi konselor dalam memberikan intervensi
yang diperlukan oleh konseli. Langkah-langkah yang disiapkan konselor dilakukan tahap demi
tahap dalam memberikan perlakuan . Relaxation training and related methods, adalah teknik yang
dipakai untuk melatih konseli agar melakukan relaksasi. Dalam pelaksanaannya
konselor dapat memodifikasi teknik ini dengan systematic desentisization, asertion
training, self management programs. Teknik ini tepat digunakan untuk terapi-terapi klinis .
Variasi
dari exposure therapies adalan in vivio desentisization dan flooding, teknik
terapi ini dengan memaksimalkan kecemasan/ketakutan konseli . Eye movement
desentisization and reprocessing, didesain dalam membantu konseli yang mengalami
post traumatic stress disorder . Assertion training, metode ini didasarkan pada
prinsip-prinsip terapi kognitif perilaku. Ditujukan bagi konseli yang tidak dapat mengungkapkan ketegasan
dalam dirinya . Self-management programs and self-directed behavior, terapi
bagi konseli untuk membantu terlibat dalam mengatur dan mengontrol
dirinya .
Teori Kepribadian
Humanistik Menurut Carl Rogers
Dia
membangun teorinya berdasarkan praktik interaksi terapeutik dengan para
pasiennya.
Konstruk Kepribadian
Organisme
yaitu makhluk fisik dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun
psikis. Organisme
ini juga merupakan locus semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan
persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri
dan juga di dunia luar . Self
merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini
dikenal dengan «self concept» . Rogers
mengartikannya sebagai «persepsi tentang karakteristik ‘I’ atau ‘me’ dan
persepsi tentanmg hubungan ‘I’ atau ‘me’ dengan orang lain atau berbagai aspek
kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut».
Apabila antara «self concept» dengan organisme terjadi
kecocokan maka hubungan itu disebut kongruen, tetapi apabila terjadi
diskrepansi maka hubungan itu itu disebut inkongruen. Suasana inkongruen
menyebabkan seseorang mengalami sakit mental , seperti merasa
terancam, cemas, berperilaku defensif, dan berpikir yang kaku
atau picik. Rogers meneliti tentang faktor-faktor penentu yang mempengaruhi
tingkah laku anak yang sehat atau tidak sehat .
Perkembangan
Kepribadian
Anak
mempersepsi penolakan orang tua terhadap tingkah lakunya sebagai penolakan
terhadap perkembangan «self concept» nya yang baru. Mengingat
pentingnya memperoleh kepuasan akan kebutuhan «positive regard», khususnya
pada masa anak, maka seseorang akan menjadi sensitif akan sikap dan
tingkah laku orang lain. Melalui
penafsiran terhadap reaksi yang yang diterima dari orang lain seseorang mungkin
mengubah atau memperhalus konsep dirinya.
Person
Centered-terapy
Person
centered therapy merupakan terapi yang di kembangkan oleh Carl R. Rogers
pada tahun 1942. Salah satu teknik adalah dengan clarification of the client’s
feelings, dimana akan mencerminkan perasaan klien.
Gestalt terapy
Apabila
masa lampau memiliki kaitan yang signifikan dengan sikap-sikap atau tingkah
laku individu sekarang, maka masa lampau itu ditangani dengan membawanya
ke saat sekarang sebanyak mungkin. Urusan
yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani
perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Teknik Logoterapi
Dalam
logoterapi fenomena itu disebut hyperreflection dan hyperintention yang
semuanya diluar kewajaran. Dalam
hidup ini sering ditemukan berbagai krisis dan peristiwa tragis yang tak
terhindarkan lagi, sekalipun upaya-upaya mengatasinya secara maksimal
telah dilakukan . Penyakit
yang tak tersembuhkan,kelainan bawaan, kemandulan, kematian, dosa
dan kesalahan, kecelakaan yang menyebabkan kecacatan, merupakan
contoh peristiwa-peristiwa tragis yang dapat dialami oleh siapa pun .
Teknik Paradoksial
intension
Teknik
paradoksikal intension memiliki keterbatasan yaitu sulit dilakukan pada pasien
yang kurang memiliki rasa humor. Selain
itu, teknik ini mempunyai keterbatasan yang perlu diperhatikan, yakni
mempunyai kontra indikasi dengan skizofrenia, depresi, terutama kasus
depresi dengan kecenderungan bunuh diri.
Teknik Dereflection
Pada dasarnya memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang
ada dalam diri setiap orang dalam transendensi diri ini seseorang berupaya
untuk keluar dan membebaskan diri dari kondisinya .
Selanjutnya, ia lebih mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal lain yang
lebih positif, lebih bermanfaat, lebih bermakna dan berguna baginya, lalu
memutuskan untuk merealisasikannya. Misalnya
pada penderita insomnia, Frankl menyarankan agar membayangkan bahwa mereka
tergerak meninggalkan tempat tidur guna melakukan sesuatu yang tidak
menyenangkan dan tidak disukai, misalnya membersihkan salju di pagi buta. Akan tetapi saran
tersebut harus diberikan kepada pasien melalui cara positif, jangan
melalui cara yang negatif.
Modification of
attitudes
Ini
juga dapat digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib
atau penyakit.
Kelemahan
Teori Humanistik
Konsep
dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan
dirinya, ini masih buram dan subjektif.
PERAN TERAPI
Pentingnya
pendekatan dari pribadi ke pribadi. Sifat
timbal balik dari hubungan terapeutik. Pada
pertumbuhan. Kebebasan
klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan
nilainya sendiri.
Cognitive Behavior
Therapy Pengertian Cognitive Behavior Therapy
CBT
merupakan bentuk psikoterapi yang sangat memperhatikan aspek peran dalam
berpikir, merasa, dan bertindak. Akan
tetapi CBT memiliki karakteristik tersendiri yang membuat CBT lebih khas dari
pendekatan lainnya. Metode
induktif mendorong konseli untuk memperhatikan pemikirannya sebagai sebuah
Jawaban sementara yang dapat dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Bagian awal, menganalisis
perasaan dan emosi konseli, menganalisis kejadian yang terjadi dalam satu
minggu kebelakang, kemudian menetapkan agenda untuk setiap sesi konseling.
Setiap
hari konseli memiliki kesempatan dalam pikiran-pikiran otomatisnya yang akan
mempengaruhi suasana hati, emosi dan tingkah laku mereka. Konselor juga
menciptakan pengalaman baru yang disebut dengan eksperimen perilaku. Berikut akan
disajikan tahapan terapi yang diungkapkan oleh Kasandra Oemarjoedi dalam buku A.Kasandra
Putranto.
SESI 1:
a. Melakukan
asesmen, observasi, anamnese, dan analisis gejala, demi
menegakkan diagnosa awal mengenai gangguan yang terjadi
b. Memberikan
dukungan dan semangat kepada klien untuk melakukan perubahan
c. Memperoleh komitmen dari klien untuk melakukan terapi
dan pemecahan masalah terhadap gangguan yang dialami
d. Menjelaskan
kepada klien formulasi masalah dan situasi kondisi yang dihadapi Sessi
SESI 2:
a. Memberikan
bukti bagaimana sistem keyakinan dan pikiran otomatis sangat erat hubungannya
dengan emosi dan tingkah laku, dengan cara menolak pikiran negatif secara
halus dan menawarkan pikiran positif sebagai alternatif untuk dibuktikan
bersama.
b. Memperoleh komitmen klien untuk melakukan modifikasi secara
menyeluruh, seringkali, mereka
melaporkan kesulitan dalam menerapkan teknik-teknik modifikasi pikiran dan
perasaan, karena sistem keyakinan meeka sudah membentuk semacam rajutan
yang kokoh dalam ingatannya. Klien
juga diberikan rekomendasi untuk melakukan latihan di rumah, demi mencapai
keterampilan «auto hypnose» yang diharapkan dapat meningkatkan potensi
keberhasilan terapi.
SESI 3:
Terapis
juga diharapkan dapat memantapkan komitmen untuk merubah tingkah laku dan
keinginan untuk merubah situasi. Namun
seringkali terjadi, istilah hukuman dan hadiah kurang dapat diteima klien, terutama
pada klien dewasa. Oleh
karena itu terapis dapat menampilkan kreativitas dengan memberikan istilah yang
lebih sesuai, misalnya istilah konsekwensi positif dan negatif. Terapis juga perlu
memperjelas hubungan antara pikiran negatif yang menghasilkan konsekwensi
negatif, dan pikiran positif yang menghasilkan konsekwensi positif. Klien diajak
membuat komitmen tentang bagaimana ia dan terapis menerapkan konsekwensi
positif dan negatif terhadap kemajuan proses belajarnya. Keterlibatan
«significant persons» untuk turut memberi dan menerima konsekwensi yang telah
disepakati akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi. Penggunaan
konsekwensi positif dan negatif ini pada tahap selanjutnya bahkan dianggap
sebagai faktor utama dalam kemampuan klien mengatasi relapse .
SESI 4:
Terapis
diharapkan dapat memberikan feed back atas hasil kemajuan dan perkembangan
terapi, mengingatkan fokus terapi, dan mengevaluasi pelaksanaan
intervensi tingkah laku dengan konsekwensi-konsekwensi yang telah disepakati. Beberapa perubahan
mungkin dilakukan untuk memberikan efek yang lebih maksimal.
a. Dukungan
dan semangat kepada kemajuan yang dicapai klien
b. Keyakinan untuk tetap fokus kepada masalah utama